Sejarah Kekhalifahan Bani Abbasiyah
TUGAS KELOMPOK 7
GUNAWAN, S.Pd.I
HENDRA, S.Pd.I
MISDAWATI,S.Pd
Eksistensi Khilafah Bani Abbasiyah
Bani Abbas merupakan nama dari keturunan Sayyidina Abbas (paman Nabi). Dikatakan Dinasti Abbasiyah karena para pendirinya dan pemimpinnya adalah keturunan dari Sayyidina Abbas. Dinasti ini didirikan oleh Abdullah Assafah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn Abbas (paman Nabi).
Masa kekuasaan Khilafah Bani Abbasiyah berlangsung lama, yaitu dari 132 H. (750 M.) sampai 656 H. (1258 M.). Selama kekuasaannya, pola pemerintahan yang diterapkan dinasti ini berbeda-beda, sesuai dengan perubahan politik, sosial dan budaya. Diantaranya:
1. Periode pengaruh Persia pertama (132-232H.)
2. Periode pengaruh Turki pertama (232-334H.)
3. Periode pengaruh Persia kedua (334-447H.)
4. Periode pengaruh Turki kedua (447-590H.)
5. Periode tanpa pengaruh dari manapun (590-656H.)
Pada periode pertama, pemerintahan mencapai masa keemasannya. Secara politis, para Khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik serta agama. Di sisi lain kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Dan Ilmu pengetahuan dan filsafat mulai berkembang.
Masa pemerintahan Abul Abbas sendiri sangat singkat, yaitu dari tahun 750 M. sampai 754M. karena itu Pembina sebenarnya daulat Bani Abas adalah Abu Ja’far Al Manshur (754-775M.). dia dengan tegas memberantas perlawanan dan pemberontakan.yaitu: Bani Umayah, Khawarij dan Syiah yang merasa dikucilkan dari kekuasan. Demi mengamankan kekuasaannya, Dia menyingkirkan para tokoh besar yang mungkin menjadi saingannya. Termasuk dua pamannya sendiri yang menjadi gubernur di Syiria dan Mesir, yaitu; Abdullah bin Ali dan Shalih bin Ali karena tidak mau membaiatnya. Dan Abu Muslim Al Khurasani (orang yang di suruh membunuh pamannya) karena dikhawatirkan akan menjadi saingannya.
Dalam pemerintahannya, Dia berupaya mengkondisikan pemerintahan dan menjaga serta memantapkan stabilitas Negara. Seperti memindahkan Ibu Kota negara, dari Al- Hasyimiyah dekat Kufah berpindah ke Baghdad, dekat Persia, mengangkat lembaga eksekutif dan Yudikatif , juga mengangkat wazir sebagai koordinator departemen, membentuk lembaga protocol Negara, sekretaris negara dan kepolisian.
Setelah dasar-dasar pemerintahan diletakkan dan dibangun, maka Khilafah Bani Abbas mencapai masa keemasannya. Yaitu pada masa tujuh Khalifah setelah Abul abas dan AlManshur, diantaranya: Al Mahdi, Al hadi, Harun Ar Rasyid, Al Ma’mun, Al Mu’tashim, Al Watsiq dan Al Mutawakkil. Popularitas daulat Abbasiyah mencapai puncaknya pada masa Khalifah Harun Ar Rasyid (786-809M.)dan Al Ma’mun (813-833),
Pada pemerintahan Al Mu’tashim. Dia memberi peluang besar ke pada orang-orang Turki untuk masuk pada pemerintahan. Keterlibatan mereka dimulai sebagai tentara pengawal. Dalam periode ini dinasti Abbasiyah mengadakan perubahan system ketentaraan. Tentara dibina secara khusus menjadi prajurit-prajurit professional. Dengan demikian kekuatan militernya sangat kuat.
Pilihan Al Mu’tashim memberi peluang orang-orang Turki, dilatar belakangi oleh adanya persaingan antara golongan Arab dan Persia pada masa Al Ma’mun dan sebelumnya. Bahkan perebutan kekuasaan antara Al Amin dan Al Ma’mun dilatar belakangi oleh persaingan antara golongan Arab yang mendukung Al Amin da golongan Persia yang mendukung Al Ma’mun.
Meski demikian, dalam periode ini banyak tantangan dan gerakan politik yang mengganggu stabilitas, baik dari dalam maupun luar. Seperti sisa Bani Umayah, kalangan intern Bani Abbas, revolusi al Khowarij, gerakan Zindik, Syi’ah, konflik antar bangsa dan aliran pemikiran keagamaan. Akan tetapi semuanya dapat dipadamkan.
Masuknya unsur Turki, semakin menambah persaingan antar bangsa. namun Khalifah Al Mu’tashim dan Khalifah berikutya, Al Watsiq mampu mengendalikan mereka. Dan pada saat pemerintahan Al Mutawakkil, orang-orang Turki bisa merebut kekuasaan dengan cepat, karena Khalifah sangat lemah. Dan setelah Al Mutawakkil meninggal, maka merekalah yang memilih dan mengangkat Khalifah. Dengan demikian kekuasaan tidak lagi berada di tangan Bani Abbas, meski mereka tetap memegang jabatan khalifah. Dan inilah permulaan periade ke dua serta awal kemunduran politik Bani Abbas.
Pada perode ke dua, tentara Turki yang berkuasa atas pemerintahan. Di tangan mereka Khalifah bagaikan boneka yang tidak bisa berbuat apa-apa. Bahkan, merekalah yang memilih dan menjatuhkan khalifah sesuai dengan keinginan politik mereka.
Setelah tentara Turki itu lemah dengan sendirinya, di daerah-daerah muncul tokoh-tokoh kuat, yang kemudian memerdekakan diri dari kekuasaan pusat, mendirikan dinasti-dinasti kecil. Inilah masa disintegrasi dalam sejarah politik Islam.
Selanjutnya pemerintah dikuasai oleh Bani Buwaih. Bani Buwaih adalah keturunan dari Abu Syuja’ Buwaih, seorang pencari ikan yang tinggal di daerah Daelam. Mereka adalah: Ali, Hasan dan Ahmad. Sejak itu para Khalifah tunduk kepada Bani Buwaih. Pada masa pemerintahan Bani Buwaih ini, para Khalifah Abbasiyah benar-benar tinggal namanya saja. Pelaksanaan pemerintahan sepenuhnya berada di tangan-tangan Amir Bani Buwaih.keadaan Khalifah lebih buruk dari sebelumnya, terutama karena Bani Buwaih adalah penganut Syi’ah, sementara Bani Abbas adalah Sunni. Selama kekuasaan Bani Buwaih sering terjadi kerusuhan antara Kelompok Sunni dan Syi’ah. pemberontakan tentara dsb.
Setelah Baghdad dikuasai, Bani Buwaih memindahkan markas kekuasaan dari Syiraz ke Baghdad. Dan mendirikan gedung Dar al-Mamlakah. meskipun demikian, kendali politik yang sebenarnya masih berada di Syiraz, tempat Ali ibn Buwaih (saudara tertua) bertahta.
Kekuatan Politik Bani Buwaih tidak bertahan lama. Setelah generasi pertama, kekuasaan menjadi ajang perebutan dan pertikaian diantara anak-anak mereka. Sejalan dengan melemahnya kekuatan politik Bani Buwaih, makin banyak pula gangguan dari luar yang membawa kepada kemunduran dan kehancuran dinasti ini. Diantaranya: serangan Bizantium, banyaknya dinasti-dinasti yang membebaskan diri dari kekuasaan pusat dan Dinasti Seljuk yang berhasil merebut kekuasaan dari Bani Buwaih.
Dengan berakhirnya kekuasaan Bani Buwaih, menandakan berakhirnya periode ke tiga sekaligus awal periode ke empat. Dimana kekuasaan berpindah ke tangan Bani Seljuk.
Dinasti Seljuk berasal dari beberapa kabilah kecil rumpun suku Ghuz di wilayah Turkistan. Mereka dipersatukan oleh Seljuk ibn Tuqaq. Karena itu mereka disebut orang-orang Seljuk. Setelah Dinasti Seljuk berkuasa, posisi dan kedudukan khalifah membaik, paling tidak kewibawaannya dalam bidang agama dikembalikan setelah sekian lama dirampas orang-orang Syi’ah. Meskipun Baghdad bisa dikuasai, namun ia tidak dijadikan pusat pemerintahan. Thugrul Bek m emilih Naisabur dan kemudian Ray, sebagai pusat pemerintahannya. Dan dinasti-dinasti kecil yang semula memisah, kembali mengakui kedudukan Baghdad. Bahkan mereka terus menjaga keutuhan dan keamanan Abbasiyah untuk membendung paham Syi’ah dan mengembangkan Sunni. Selanjutnya pemerintahan dikuasai oleh Alp Arselan. Pada masanya, perluwasan wilayah dilanjutkan ke arah Barat sampai pusat kebudayaan Romawi di Asia kecil, yaitu Bizantium. Peristiwa penting dalam gerakan ekspansi ini adalah peristiwa Manzikart, yaitu keberhasilan tentara Alp Arselan dengan jumlah 15.000 prajurit mengalahkan tentara Romawi yang besar yang terdiri dari tentara Romawi, Ghuz, Al-Akraj, Al-Hajr, Prancis dan Armenia dan berjumlah 200.000 prajurit.
Dikutip dari :
Pemikiran Politik Islam Dari Masa Nabi Hingga Masa Kini, Antony Black,Serambi, Jakarta, 2001, The Historyof Islamic Political Thought: from The Prophet to the Present, EinburghUniversity Press, 2001, Abdullah dan Mariana Ariestyawati.


1 Komentar:
Mantap...lanjutkan ....
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda